Rayakan HUT Ke-73 RI, Kulon Progo Gelar Pawai Selama 2 Hari

Rayakan HUT Ke-73 RI, Kulon Progo Gelar Pawai Selama 2 Hari
KULON PROGO - Puluhan pemuda mengejar sambil meneriaki "maling" pada dua pria berpenutup muka.

Mereka berlarian di antara kaki ogoh-ogoh raksasa bertubuh hitam legam maupun bentuk seekor lembu sambil diiringi kentongan.

Para pemuda berhasil menangkapnya tak lama kemudian, menggebukinya, dan aksi main hakim ini berhenti setelah beberapa hansip melerai.


Hansip memyerahkan kedua pria bertopeng itu ke polisi terdekat.

Itulah fragmen sandiwara warga yang tampil singkat di Kirab Budaya Kemerdekaan 2018 yang berlangsung di Wates, Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Kirab ini merupakan semarak perayaan HUT ke-73 RI.

Kelompok asal RW 21 Wonosidilor, Wates, ini menonjolkan dusun mereka yang masih melaksanakan kebiasaan ronda sebagai bagian sistem keamanan lingkungan. Siskamling ini bisa mencegah dan mengantisipasi kejahatan masuk dusun.

Wonosidilor RW 21 merupakan salah satu dari 49 kelompok yang ikut dalam Kirab Budaya. Selain kelompok warga juga ada instansi hingga sekolah. Ribuan orang yang terlibat di dalam kegiatan ini mengelilingi kota Wates sepanjang siang.

Tiap kontingen mengusung tema sendiri-sendiri, namun menunjukkan keunggulan dari daerah. Seperti halnya Wonosidilor yang menonjolkan kebanggaan pada siskamling.

Kepala Dinas Kebudayaan Kulon Progo, Untung Waluyo mengatakan, selain sebagai apresiasi karya dan kreatifitas dalam masyarakat, kirab sengaja menonjolkan budaya dan kearifan lokal dalam wilayah kerja masing-masing warga.

"Ini merupakan manifestasi semangat memperingati kemerdekaan sekaligus melestarikan kebudayaan. Kulon Progo patut berbangga karena kebudayaan sangat kental," kata Untung, Minggu (26/08/2018) siang.

Bupati Kulon Progo Hasto Wardoyo juga mengatakan kegiatan seperti ini menunjukkan semangat untuk memajukan kesejahteraan dan mempertahankan warisan kebudayaan.

"Selain memberikan tempat untuk menampilkan kreatifitas masyarakat, juga memberikan hiburan," ungkap Hasto.

Mereka start dari lapangan di Kecamatan Pengasih, alun-alun Wates dan melintas jalan raya, berkeliling kota. Warga menyemut sepanjang jalan yang dilewati ratusan kontingen itu.

Seorang warga bernama Rudi MZ tampak menonton di jalanan alun-alun. Rudi mengatakan, dirinya dan warga Kulon Progo sudah menyaksikan kirab seperti ini setiap tahun dan biasanya berlangsung setelah 17 Agustus.

"Sudah lama seperti ini, tapi sudah lupa sejak kapan. Selalu ramai," katanya.

Dua Hari Pawai

Perayaan HUT RI secara kolosal di Kulon Progo sejatinya berlangsung sejak Sabtu (25/8/2018). Kemarin, berlangsung Pawai Semarak Kemerdekaan 2018 dengan kemasan berbeda, yakni berupa kompetisi baris berbaris ala pasukan pengibar bendera pusaka (Paskibraka).

Kontingen yang ikut jauh lebih banyak dari Kirab Budaya, Minggu ini.

Ratusan kontingen dari berbagai lembaga dan organisasi, maupun kelompok masyarakat, ikut terlibat di sana.

Masing-masing kontingen berjumlah belasan orang. Mereka datang dari pelajar tingkat dasar, kontingen campuran, pelajar SMP, SMA, hingga instansi pemerintah.

Tiap kontingen mempertontonkan jalan tegap, berbaris rapi, mengenakan kostum masing-masing, membentuk formasi dan berbaris mengelilingi jalanan Kota Wates, ibukota Kulon Progo.

Tiap kontingen mengenakan beragam kostum, seperti: topi pantai, pakai syal, topi koboi, bahkan blangkon. Ada pleton dengan kostum batik hingga ibu-ibu gaya sosialita.


Sama seperti Kirab Budaya, Pawai Semarak Kemerdekaan ini juga start dari alun-alun Wates, berkeliling antara 60 sampai 70 menit, kembali ke alun-alun. Warga juga tumpah ruah di sepanjang jalan menyaksikan pawai ini.

“Kita menanamkan disiplin, bekerja keras dan bekerja sama, memupuk rasa nasionalisme dan cinta tanah air,” kata Kepala bidang Pemuda dan Olahraga, Rusdi Suwarno, Sabtu lalu.

Sejauh ini, karnaval dengan menggunakan atribut cadar dan senjata api dianggap murni sebagai kelalaian pihak guru.Progo Gelar Pawai Selama 2 Hari

Previous
Next Post »